Kamis, 02 Desember 2010

Asbestosis: Defenisi, Klinis, Diagnosis dan Tatalaksana


Definisi
Asbestosis adalah fibrosis interstitialis kronis yang menyebar pada parenkim paru akibat menghirup serat asbes. Contoh penyakit paru lain yang berhubungan dengan asbes adalah plak dan kalsifikasi pleura, kanker paru, dan tumor ganas mesotelioma. Penyakit ini mungkin berhubungan dengan asbes, mungkin juga tidak.

Pekerjaan berisiko
Derajat pajanan terhadap asbes yang tinggi dapat timbul pada pembuatan produk berbahan semen asbes, pertambangan, dan pemrosesan serat asbes, pembongkaran gedung dan renovasi bangunan dengan membuang bahan yang terbuat dari asbes, pekerjaan isolasi seperti pelapisan ketel uap, penggantian isolasi tungku pembakaran, dsb. Pekerja lain yang terpajan termasuk montir yang mengganti minyak rem, pekerja yang membuat gasket asbes, pekerja perbaikan dan pemeliharaan di galangan kapal, kilang minyak, stasiun tenaga listrik, dan pekerja bangunan.

Gambaran klinis
Pasien dengan asbestosis biasanya datang dengan napas pendek saat beraktivitas dan batuk.Temuan klinis termasuk dispnoe, krepitasi pada basal paru, dan jari tabuh. Pemeriksaan rontgen paru menunjukkan fibrosis interstitialis yang luas, dibuktikan dengan adanya bayangan opak bergaris-garis pada lapang paru bagian tengah dan basal di kedua sisi paru. Kemungkinan terdapat plak pleura. Fungsi paru menunjukkan gambaran hambatan dan DLCO berkurang.
Flak pleura yang berhubungan dengan pajanan terhadap ashes ditemukan terutama pada pleura parietalis. Kalsifikasi, bila ada, mungkin berhubungan dengan lama terjadinva lesi. Plak tersebut dapat mengelompok atau menyebar. Kebanvakan bukti memberi kesan bahwa bila tidak ada asbestosis atau penebalan yang meluas, tidak ada hubungan antara plak pleura yang terisolasi dengan perburukan hambatan yang bermakna. Penda pat bahwa pasien dengan penebalan pleura yang luas mempunvai volume paru yang berkurang dan beberapa bukti adanva hambatan pernapasan, dapat diterima. Penebalan pleura yang luas dapat dibedakan dengan penebalan pleura yang terbatas dengan hilangnya sudut kostofrenikus pada pemeriksaan rontgen paru. Tampaknya tidak ada hubungan langsung antara plak pleura dengan berkembangnya mesotelioma.
Gangguan fungsi saluran napas kecil (SAD) mungkin dihubungkan dengan pajanan terhadap asbes. Terperangkapnya udara akibat SAD dapat menjelaskan terjadinya beberapa pengurangan kapasistas vital pada pekerja yang terpajan asbes dengan rasio FEVWFVC normal.
Perkembangan kanker bronkus pada pekerja yang terpajan asbes tampaknya berhubungan dengan dosis pajanan. Hal ini dihubungkan dengan berbagai jenis serat asbes, misalnva chrysotile, anthophylite, crocidolite, dan amosite. Terdapat peningkatan risiko kanker paru yang bermakna pada pekerja asbes yang merokok yang memberi kesan adanva efek sinergi. Kanker tersebut terutama jenis sel skuamosa atau adenokarsinoma. Asbestosis dan kanker paru sering timbul bersamaan karena keduanya berhubungan dengan dosis pajanan.
Pajanan asbes pada tempat kerja memegang peranan sebanyak 85% kasus mesotelioma ganas. Umumnya, dapat diterima bahwa pajanan terhadap crocidolite memberikan risiko yang jauh lebih besar dibandingkan pajanan terhadap chrysotile. Risiko ini tampaknya tidak berhubungan dengan kadar asbes yang terhirup karena risiko ini dapat ditemukan pada subjek dengan atau tanpa asbestosis seperti halm:a pada orang yang hanya terpajan dari lingkungan saja dan tidak terpajan dari pekerjaan. Periode laten rata-rata sekitar 35 hingga 40 tahun. Asbes dapat menyebabkan mesotelioma pada pleura maupun pada peritoneum. Keluhan yang dialami pasien dengan mesotelioma pada pleura adalah nyeri dada dan sesak napas. Napas yang pendek bersifat progresif dan berhubungan dengan desakan tumor pada paru atau efusi pleura. Pasien dengan mesotelioma pada peritoneum dating dengan keluhan nyeri abdomen luas, pembengkakan, dan berat bahan yang menurun.

Diagnosis
Gambaran klinis, gambaran rontgen paru, dan riwayat pajanan terhadap asbes sebelumnya akan mengarahkan penegakan diagnosis asbestosis atau penyakit lain yang berhubungan dengan asbes. Biopsi diperlukan untuk mengonfirmasi diagnosis penyakit ganas. Kadang, sukar membeciakan mesotelioma ganas dan metastase adenokarsinoma pada gambaran histologi. Riwayat adanya pajanan terhadap asbes harus selalu dicari untuk semua kasus efusi pleura. Adanya butiran asbes dalam sputum atau jaringan paru menunjukkan adanya pajanan namun bukan penyakit akibat asbes.

Tatalaksana
Asbestosis, seperti halnya silikosis, dapat berkembang walaupun sudah disingkirkan dari pajanan. Pengobatan bersifat simtomatis. Tindakan pencegahan dimulai dari tindakan substitusi asbes menggunakan bahan lain, penutupan lokasi pengolahan, pemasangan ventilasi lokal, dan proteksi respirasi. Pasien yang terpajan disarankan untuk berhenti merokok untuk memperkecil efek gabungan terhadap paru dan risiko kanker paru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar